Mesin ATM bank terbesar Jepun ditutup
TOKYO 17 Mac - Mesin juruwang automatik (ATM) yang tidak berfungsi selama dua jam di
bank kedua terbesar di Jepun hari ini meningkatkan lagi tekanan ke atas penduduk Tokyo,
setelah berjuta-juta penduduk bertindak menyimpan stok barang keperluan dan duduk di
dalam rumah disebabkan krisis nuklear di negara ini.
Urus niaga yang begitu banyak di beberapa cawangan Bank Mizuho menyebabkan beribu-ribu
ATM bank itu ditutup secara mendadak, satu lagi insiden menggambarkan keadaan kelam-
kabut di sebuah negara yang lazimnya dikenali kerana ketepatan dan kecekapannya.
Walaupun ATM itu beroperasi semula kira-kira dua jam kemudian, kerosakan itu memburukkan
lagi keadaan tidak selesa dan tidak menentu di kalangan warga Tokyo, sementara pihak
berkuasa meneruskan usaha untuk mencegah malapetaka di sebuah kompleks loji nuklear di
Fukushima, 240 kilometer ke utara ibu negara.
Ramai antara 13 juta penduduk bandar raya ini sudah pun menyimpan stok makanan, tidak
keluar rumah atau pergi ke tempat lain, manakala sesetengahnya membeli EMAS, satu bentuk
simpanan selamat semasa krisis, menyebabkan harganya melonjak sehingga AS$1.50
(RM4.50) seaun di Tokyo.
VIVAnews (indon ) - Harga emas naik tinggi beberapa hari setelah gempa dan tsunami memporak-porandakan Jepang. Sejak itu, investor kembali memburu logam berharga itu untuk mengamankan investasinya.
Harga emas pengiriman April di di divisi Comex New York Mercantile Exchange Selasa ini langsung naik US$3,10 menjadi US$1.424,90 per ons. Sementara itu, harga emas di pasar spot meningkat lebih dari US$6. Sedangkan harga Silver naik 9 sen menjadi US$35,84 per ounce.
Bila di AS terjadi aksi beli, di Jepang justru sebaliknya. Laman harian bisnis, The Street,justru mencatat terjadinya aksi jual emas di negeri Sakura itu. "Mereka ingin mendapatkan uang tunai untuk memulihkan bisnis mereka," tulis laporan itu. Karena itu, pada tengah perdagangan, harga emas sempat tertekan ke level US$1.418,20 per ons.
Phil Streible, analis senior di Lind-Waldock, mengatakan bahwa investor Jepang cenderung membeli aset agar mereka cepat mendapat keuntungan. Bila tidak, mereka lebih senang melakukan transaksi valuta asing yang lebih cepat menghasilkan. "Kalau emas lama," katanya.